Dr. Agus Priyatno, M.Sn.
http://www.analisadaily.com/
Inspirasi pelukis bisa datang dari mana saja. Inspirasi bisa datang dari realitas, mitos, religi, hingga absurditas kehidupan. Inspirasi juga bisa datang dari imajinasi atau fantasi pelukisnya sendiri. Pelukis bisa berimajinasi atau berfantasi tentang segala hal tanpa batas. Dunia pelukis adalah dunia kreativitas. Pelukis tidak hanya berkreasi dengan segala sesuatu yang sudah ada di alam semesta ini, pelukis menambahkan segala yang belum ada dengan imajinasi dan fantasinya. Lukisan adalah ungkapan kreativitas manusia.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 30 September 2012
Semsar Siahaan
Asarpin *
Sastra-indonesia.com
Barangkali hanya Semsar Siahaan (1952-2005) perupa yang dengan setia melukis realitas kehidupan yang carut-marut masa kini. Sebagai pelukis dan pematung ia sering menampilkan lukisan-lukisan yang dramatik tentang wajah-wajah kaum miskin dan buruh di belahan Dunia Ketiga. Meski berkali-kali ia melukis dalam keadaan bahaya, namun satu persatu lukisannya hadir menyapa kita. Puluhan karya lukisnya pernah dipamerkan di Galeri Nasional Agustus 2004 dengan respon publik yang cukup menggembirakan.
Sastra-indonesia.com
Barangkali hanya Semsar Siahaan (1952-2005) perupa yang dengan setia melukis realitas kehidupan yang carut-marut masa kini. Sebagai pelukis dan pematung ia sering menampilkan lukisan-lukisan yang dramatik tentang wajah-wajah kaum miskin dan buruh di belahan Dunia Ketiga. Meski berkali-kali ia melukis dalam keadaan bahaya, namun satu persatu lukisannya hadir menyapa kita. Puluhan karya lukisnya pernah dipamerkan di Galeri Nasional Agustus 2004 dengan respon publik yang cukup menggembirakan.
Lagu Puisi, Kesetiaan Untung Basuki
Lukas Adi Prasetyo
Kompas,7 Mei 2008
RUANG tamunya agak sempit. Tiga gitar bolong tergeletak, beberapa lukisan berbingkai kayu berikut perlengkapannya, hingga kasur di atas ubin memenuhi ruangan itu. Untung Basuki, si empunya rumah, menyambut kami dengan senyum lebar.
Monggo, silakan duduk,” ucapnya. Dua busa kursi tipis lalu ditariknya mendekat ke meja kayu lesehan. Belum lima menit obrolan mengalir, tangannya sudah menyambar gitar.
Kompas,7 Mei 2008
RUANG tamunya agak sempit. Tiga gitar bolong tergeletak, beberapa lukisan berbingkai kayu berikut perlengkapannya, hingga kasur di atas ubin memenuhi ruangan itu. Untung Basuki, si empunya rumah, menyambut kami dengan senyum lebar.
Monggo, silakan duduk,” ucapnya. Dua busa kursi tipis lalu ditariknya mendekat ke meja kayu lesehan. Belum lima menit obrolan mengalir, tangannya sudah menyambar gitar.
BERGURU MENULIS PADA ANJAR
Sutejo
Ponorogo Pos
Ada seorang perempuan yang memiliki obsesi menulis sejak usia 4 SD, dan pernah distrap gara-gara membaca majalah Kartini. Lahir dari keluarga guru yang sudah membiasakan membaca dan menulis sejak TK. Dan pada usia SMP, sebuah pertemuan yang mengasyikkan dengan penulis nasional, Hilman Hariwijaya, yang sedang promo tour buku serial Lupus ke berbagai sekolah. Hasilnya, pertemuan itu semakin membuat dirinya keranjingan menulis, yang akhirnya kini sudah banyak buku yang dihasilkannya. Perempuan kelahiran 1 Februari 1973 ini pekerjaan sehari-harinya adalah menjadi pendamping mahasiswa di Gereja Mahasiswa (GEMA) Katholik Bandung.
Ponorogo Pos
Ada seorang perempuan yang memiliki obsesi menulis sejak usia 4 SD, dan pernah distrap gara-gara membaca majalah Kartini. Lahir dari keluarga guru yang sudah membiasakan membaca dan menulis sejak TK. Dan pada usia SMP, sebuah pertemuan yang mengasyikkan dengan penulis nasional, Hilman Hariwijaya, yang sedang promo tour buku serial Lupus ke berbagai sekolah. Hasilnya, pertemuan itu semakin membuat dirinya keranjingan menulis, yang akhirnya kini sudah banyak buku yang dihasilkannya. Perempuan kelahiran 1 Februari 1973 ini pekerjaan sehari-harinya adalah menjadi pendamping mahasiswa di Gereja Mahasiswa (GEMA) Katholik Bandung.
Perjalanan Seni Rupa Ponorogo 2009-2011
Andry Deblenk
_Ponorogo Pos
Bila kita kaji tetek bengek tentang kesenirupaan Ponorogo, tentunya kita tak dapat menghindar dari nama Sanggar Shor Zambou. Sanggar tersebut merupakan sebuah sanggar seni rupa, berdomisili di Ponorogo, yang memang mengkhususkan gerakan (awalnya) pada disiplin seni lukis. Semenjak berdiri (sekitar 30 tahun silam) komunitas yang berdiri dengan niatan berkesenian murni ini nampak survive. Sebuah ukuran yang “ora dlomok” bagi paguyuban seni rupa yang mendiami sebuah kawasan “terpinggirkan” dari ranah seni rupa nasional.
_Ponorogo Pos
Bila kita kaji tetek bengek tentang kesenirupaan Ponorogo, tentunya kita tak dapat menghindar dari nama Sanggar Shor Zambou. Sanggar tersebut merupakan sebuah sanggar seni rupa, berdomisili di Ponorogo, yang memang mengkhususkan gerakan (awalnya) pada disiplin seni lukis. Semenjak berdiri (sekitar 30 tahun silam) komunitas yang berdiri dengan niatan berkesenian murni ini nampak survive. Sebuah ukuran yang “ora dlomok” bagi paguyuban seni rupa yang mendiami sebuah kawasan “terpinggirkan” dari ranah seni rupa nasional.
Hardiman Wisesa: Sang Pelukis Naturalis
Dr. Agus Priyatno, M.Sn.
Harian Analisa, 20 Mei 2012
Pelukis Hardiman Wisesa termasuk satu dari sejumlah pelukis otodidak Medan yang memiliki kemampuan melukis berkualitas tinggi. Wisesa tergolong pelukis yang sangat kreatif dan produktif dalam berkarya. Lukisan-lukisannya menarik para kolektor lukisan dari dalam dan luar negeri, beberapa di antara mereka sudah mengoleksi karyanya.
Harian Analisa, 20 Mei 2012
Pelukis Hardiman Wisesa termasuk satu dari sejumlah pelukis otodidak Medan yang memiliki kemampuan melukis berkualitas tinggi. Wisesa tergolong pelukis yang sangat kreatif dan produktif dalam berkarya. Lukisan-lukisannya menarik para kolektor lukisan dari dalam dan luar negeri, beberapa di antara mereka sudah mengoleksi karyanya.
Tentang Seniman Kaya
Mathori A Elwa *
http://teraspolitik.com/
Pada tulisan saya sebelumnya, “Tentang Seniman Miskin”, Kamis (8/3/2012), saya menjelaskan duduk perkara hubungan antara seniman dengan kekayaan (material) atau sebutlah itu penghasilan uang.
Ada yang sepakat, ada yang tidak. Hal itu sudah saya sadari dan saya pahami sebelumnya. Bagi saya yang terpenting adalah menyampaikan pendapat itu secara obyektif. Adapun jika ada yang tersinggung, saya sekali lagi, maaf lahir-batin.
http://teraspolitik.com/
Pada tulisan saya sebelumnya, “Tentang Seniman Miskin”, Kamis (8/3/2012), saya menjelaskan duduk perkara hubungan antara seniman dengan kekayaan (material) atau sebutlah itu penghasilan uang.
Ada yang sepakat, ada yang tidak. Hal itu sudah saya sadari dan saya pahami sebelumnya. Bagi saya yang terpenting adalah menyampaikan pendapat itu secara obyektif. Adapun jika ada yang tersinggung, saya sekali lagi, maaf lahir-batin.
Senirupa dan Sastra
Idris Pasaribu
http://www.analisadaily.com/
TAK SELAMANYA cabang seni berdiri sendiri dalam berbagai kegiatannya. Salah satu di antaranya, senirupa dan sastra sudah sejak tahun 2011 ini, selalu berkegiatan bersama antara Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dengan Medan Seni Gallery Payung Teduh. Bukan itu saja, di Payung teduh Jalan Sei Bingei No. 1, sering pula dilakukan diskusi tentang berbagai cabang seni.
http://www.analisadaily.com/
TAK SELAMANYA cabang seni berdiri sendiri dalam berbagai kegiatannya. Salah satu di antaranya, senirupa dan sastra sudah sejak tahun 2011 ini, selalu berkegiatan bersama antara Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dengan Medan Seni Gallery Payung Teduh. Bukan itu saja, di Payung teduh Jalan Sei Bingei No. 1, sering pula dilakukan diskusi tentang berbagai cabang seni.
BELAJAR MEMBACA DARI NATASYA
Sutejo
Ponorogo Pos
Masih ingatkah Anda dengan Natasya Nikita? Mantan penyanyi cilik yang terkenal dengan lagu Di Doa Ibuku Namaku Disebut? Pada ulang tahunnya yang ketujuh belas (sweet seventeent) dia mendapat kado dari sebuah penerbit berjudul Nikita, My All. Apa yang menarik dari pribadi Nikita? Ada beberapa catatan kecil yang menarik untuk diperhatikan: (a) Nikita ternyata banyak meluangkan waktu untuk membaca bahkan pada saat menunggu manggung sekalipun, (b) koleksi bukunya mencapai 4.000 buah (2005) (baca: Matabaca, September 2005:50); (c) betapapun sederhananya sebuah buku ternyata ada manfaatnya, (d) kamarnya penuh dengan buku, dan (e) ketika keluar kota dia rindu akan kamarnya.
Ponorogo Pos
Masih ingatkah Anda dengan Natasya Nikita? Mantan penyanyi cilik yang terkenal dengan lagu Di Doa Ibuku Namaku Disebut? Pada ulang tahunnya yang ketujuh belas (sweet seventeent) dia mendapat kado dari sebuah penerbit berjudul Nikita, My All. Apa yang menarik dari pribadi Nikita? Ada beberapa catatan kecil yang menarik untuk diperhatikan: (a) Nikita ternyata banyak meluangkan waktu untuk membaca bahkan pada saat menunggu manggung sekalipun, (b) koleksi bukunya mencapai 4.000 buah (2005) (baca: Matabaca, September 2005:50); (c) betapapun sederhananya sebuah buku ternyata ada manfaatnya, (d) kamarnya penuh dengan buku, dan (e) ketika keluar kota dia rindu akan kamarnya.
Melirik Lukisan Andis Rivai Pasaribu: Simbol-simbol Batak dalam Lukisan
Ris Pasha
Harian Analisa, 15 Jul 2012
Seni menjadi simbolisasi dari gagasan yang timbul dari hidup perasaan, pemikiran dan permasalahan baik dari pengalaman dan pandangan seniman yang diungkapkan dengan mentrasformasikan ke dalam nilai estetik. Dalam hal ini, pelukis berupaya menyampaikan gagasan, menerjemahkan simbol (artefak) tradisi Batak Toba dalam kehidupan baru Batak Toba yang menjadi satu kesatuan menyangkut permasalahan terjadi dalam lingkungan tradisi masyarakat dan mengartikan makna simbol-simbol tradisi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat modern.
Harian Analisa, 15 Jul 2012
Seni menjadi simbolisasi dari gagasan yang timbul dari hidup perasaan, pemikiran dan permasalahan baik dari pengalaman dan pandangan seniman yang diungkapkan dengan mentrasformasikan ke dalam nilai estetik. Dalam hal ini, pelukis berupaya menyampaikan gagasan, menerjemahkan simbol (artefak) tradisi Batak Toba dalam kehidupan baru Batak Toba yang menjadi satu kesatuan menyangkut permasalahan terjadi dalam lingkungan tradisi masyarakat dan mengartikan makna simbol-simbol tradisi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat modern.
Budi Siagian: Menjadi Pelukis karena Panggilan Hati
Dr. Agus Priyatno, M.Sn.
Harian Analisa, 13 Mei 2012
Pekerjaan atau profesi yang dijalani atas dasar kecintaan pada pekerjaan itu, menjadikan seseorang merasa senang menjalaninya. Demikian juga dengan Budi Siagian yang memilih jadi pelukis, karena dorongan hati. Karena kecintaan pada bidang ini, dia merasa senang menjalani profesi sebagai pelukis. Dia aktif berkarya di studionya di Jalan Balai Desa Gang Wakaf No.65 A Sunggal, Medan.
Harian Analisa, 13 Mei 2012
Pekerjaan atau profesi yang dijalani atas dasar kecintaan pada pekerjaan itu, menjadikan seseorang merasa senang menjalaninya. Demikian juga dengan Budi Siagian yang memilih jadi pelukis, karena dorongan hati. Karena kecintaan pada bidang ini, dia merasa senang menjalani profesi sebagai pelukis. Dia aktif berkarya di studionya di Jalan Balai Desa Gang Wakaf No.65 A Sunggal, Medan.
Keindonesiaan dalam Diri Affandi
Warih Wisatsana *
Kompas, 19 Okt 2008
SUDAH pasti, ditimbang dari sudut bobot, buku tentang Affandi kali ini tak tergolong ringan. Bayangkan saja, berat ketiga jilid dari seri bertajuk singkat Affandi ini adalah tak kurang dari 9 kilogram.
Namun, syukurlah, buku ini tak hanya berat secara fisik, isinya pun terbilang fenomenal. Tak hanya memuat ratusan gambar orisinal dari karya Affandi, melainkan juga menghadirkan sejumlah telaah dari pakar seni, baik dalam maupun luar negeri, di bawah koordinasi Eddy Soetriyono, pengamat dan kurator seni rupa yang tak kenal payah ini. Mereka adalah Astri Wright, Bambang Bujono, Helena Spanjaard, Jean Couteau, Jim Supangkat, serta tak ketinggalan Eddy Soetriyono sendiri.
Kompas, 19 Okt 2008
SUDAH pasti, ditimbang dari sudut bobot, buku tentang Affandi kali ini tak tergolong ringan. Bayangkan saja, berat ketiga jilid dari seri bertajuk singkat Affandi ini adalah tak kurang dari 9 kilogram.
Namun, syukurlah, buku ini tak hanya berat secara fisik, isinya pun terbilang fenomenal. Tak hanya memuat ratusan gambar orisinal dari karya Affandi, melainkan juga menghadirkan sejumlah telaah dari pakar seni, baik dalam maupun luar negeri, di bawah koordinasi Eddy Soetriyono, pengamat dan kurator seni rupa yang tak kenal payah ini. Mereka adalah Astri Wright, Bambang Bujono, Helena Spanjaard, Jean Couteau, Jim Supangkat, serta tak ketinggalan Eddy Soetriyono sendiri.
Memaknai Dua Pameran (Besar)
Dantje S Moeis
Riau Pos, 8 Juli 2012
PERJALANAN dalam kehidupan ini adalah peristiwa, yang tentu pasti pada rangkaian-rangkaian peristiwa itu, ada sesuatu yang boleh dipetik, boleh diambil manfaatnya, lalu kemudian hasil dari petikan itu boleh dimanfaatkan buat kehidupan, boleh ditimbang-timbang, dinilai baik buruknya, boleh buat diri sendiri, ataupun boleh berbagi dengan pihak-pihak lain.
Riau Pos, 8 Juli 2012
PERJALANAN dalam kehidupan ini adalah peristiwa, yang tentu pasti pada rangkaian-rangkaian peristiwa itu, ada sesuatu yang boleh dipetik, boleh diambil manfaatnya, lalu kemudian hasil dari petikan itu boleh dimanfaatkan buat kehidupan, boleh ditimbang-timbang, dinilai baik buruknya, boleh buat diri sendiri, ataupun boleh berbagi dengan pihak-pihak lain.
BELAJAR MENULIS DARI ENI KUSUMA
Sutejo
Ponorogo Pos
Dalam pengantar bukunya, Anda Luar Biasa! (2007), Eni Kusuma mengungkapkan begini, ”… Jika saya tidak suka belajar, tidak peduli akan talenta diri, tidak menyukai harapan, cita-cita dan semangat, mungkin Anda tidak menemukan saya dalam buku ini.” (hal. Xviii). Ungkapan ini, mengingatkan betapa pentingnya etos, cita, dan kesadaran akan talenda dalam kepenulisan.
Ponorogo Pos
Dalam pengantar bukunya, Anda Luar Biasa! (2007), Eni Kusuma mengungkapkan begini, ”… Jika saya tidak suka belajar, tidak peduli akan talenta diri, tidak menyukai harapan, cita-cita dan semangat, mungkin Anda tidak menemukan saya dalam buku ini.” (hal. Xviii). Ungkapan ini, mengingatkan betapa pentingnya etos, cita, dan kesadaran akan talenda dalam kepenulisan.
Sheila Mahal Siregar: Pelukis Bersuara "Agnes Monica"
Dedi Gunawan Hutajulu
Harian Analisa, 23 Jun 2012
Duduk sambil melukis di atas kanvas dengan kuas dan cat biasa dilakoni pelukis. Tapi, Bagaimana kalau melukis sambil bernyanyi dengan suara merdu, tanpa mengurangi cita rasa lukisan? Tidakkah itu sesuatu yang luar biasa? Dan itulah yang ditampilkan Sheila Mahal Siregar dalam demo lukis-nyanyi saat Pagelaran Lukisan Tunggal Pelukis Remaja di gedung Simpasri Jalan Soeprapto No 1-A Medan, Kamis (21/6).
Harian Analisa, 23 Jun 2012
Duduk sambil melukis di atas kanvas dengan kuas dan cat biasa dilakoni pelukis. Tapi, Bagaimana kalau melukis sambil bernyanyi dengan suara merdu, tanpa mengurangi cita rasa lukisan? Tidakkah itu sesuatu yang luar biasa? Dan itulah yang ditampilkan Sheila Mahal Siregar dalam demo lukis-nyanyi saat Pagelaran Lukisan Tunggal Pelukis Remaja di gedung Simpasri Jalan Soeprapto No 1-A Medan, Kamis (21/6).
Lukisan Religius Tidak Hanya Kaligrafi
Dr. Agus Priyatno, M.Sn.
Harian Analisa, 12 Agt 2012
Kaligrafi merupakan senilukis religius paling dikenal dalam kebudayaan Islam. Umumnya kaligrafi Islam melukiskan teks-teks kitab suci Quran. Jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya lukisan religius tidak hanya kaligrafi, ada corak representasional. Lukisan jenis ini merepresentasikan wujud mahluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan.
Harian Analisa, 12 Agt 2012
Kaligrafi merupakan senilukis religius paling dikenal dalam kebudayaan Islam. Umumnya kaligrafi Islam melukiskan teks-teks kitab suci Quran. Jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya lukisan religius tidak hanya kaligrafi, ada corak representasional. Lukisan jenis ini merepresentasikan wujud mahluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan.
Pelukis Maksimalis
Heru Maryono
Harian Analisa, 29 Jul 2012
Memasuki abad XX, ditandai dengan lahirnya lukisan Kubisme. Keberadaannya telah membelokkan arah perkembangan senilukis menuju corak yang berseberangan dibanding abad sebelumnya. Abad XIX menampilkan lukisan representatif, sedangkan abad XX cenderung abstrak.
Harian Analisa, 29 Jul 2012
Memasuki abad XX, ditandai dengan lahirnya lukisan Kubisme. Keberadaannya telah membelokkan arah perkembangan senilukis menuju corak yang berseberangan dibanding abad sebelumnya. Abad XIX menampilkan lukisan representatif, sedangkan abad XX cenderung abstrak.
Positioning Pasar Seni Lukis Indonesia
Djuli Djatiprambudi
http://www.jawapos.com/
Setiap karya seni punya pasar sendiri. Seperti yang terjadi di Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) di kompleks Balai Pemuda Surabaya, 1 – 11 Mei 2009. Ratusan pelukis dari berbagai kota menggelar karyanya di dalam 160 tempat yang disediakan panitia. Di hari kedua sudah disiarkan sekitar 200 karya terjual. Ratusan orang memadati arena pasar untuk menyaksikan ratusan lukisan dengan berbagai macam corak.
http://www.jawapos.com/
Setiap karya seni punya pasar sendiri. Seperti yang terjadi di Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) di kompleks Balai Pemuda Surabaya, 1 – 11 Mei 2009. Ratusan pelukis dari berbagai kota menggelar karyanya di dalam 160 tempat yang disediakan panitia. Di hari kedua sudah disiarkan sekitar 200 karya terjual. Ratusan orang memadati arena pasar untuk menyaksikan ratusan lukisan dengan berbagai macam corak.
MENULIS JADI BERKAH BELAJAR DARI KEPENULISAN PIPIET SENJA
Sutejo
Ponorogo Pos
Pipiet Senja adalah nama samaran dari Etty Hadiwati Arief, yang lahir di Sumedang, 16 Mei 1956. “Bagiku, menulis sungguh membawa nikmat dan berkah.” Begitulah ungkapnya di akhir pengakuan proses kreatifnya di majalah Mata Baca, edisi Juni 2007, hal. 29. “Bersama buku aku bisa keliling tanah air, bahkan beberapa Negara pernah kusinggahi: Singapura, Malasyia, Mesir, dan Saudi Arabia. Melalui pena, aku dapat mengukir kata-kata indah dan bermakna, memberi pembelajaran kepada pembaca, sekaligus menghibur atau menemani mereka yang kebetulan senasib denganku. Nah, menulis ayooooo!”
Ponorogo Pos
Pipiet Senja adalah nama samaran dari Etty Hadiwati Arief, yang lahir di Sumedang, 16 Mei 1956. “Bagiku, menulis sungguh membawa nikmat dan berkah.” Begitulah ungkapnya di akhir pengakuan proses kreatifnya di majalah Mata Baca, edisi Juni 2007, hal. 29. “Bersama buku aku bisa keliling tanah air, bahkan beberapa Negara pernah kusinggahi: Singapura, Malasyia, Mesir, dan Saudi Arabia. Melalui pena, aku dapat mengukir kata-kata indah dan bermakna, memberi pembelajaran kepada pembaca, sekaligus menghibur atau menemani mereka yang kebetulan senasib denganku. Nah, menulis ayooooo!”
7 lukisan koleksi Hitler ditemukan, 9 masih misterius
Jakarta (Antara News)
Sebanyak tujuh lukisan yang pernah dimiliki Adolf Hitler, ditemukan oleh seorang sejarawan asal Ceko, Jiri Kuchar, di sebuah biara di Doskany, sebelah utara Praha, Ceko.
Lukisan-lukisan tersebut ditemukan di dalam tanah di area biara. Setelah digali, lukisan-lukisan tersebut disimpan di tempat penyimpanan di biara, sebagaimana yang diberitakan The Telegraph.
Sebanyak tujuh lukisan yang pernah dimiliki Adolf Hitler, ditemukan oleh seorang sejarawan asal Ceko, Jiri Kuchar, di sebuah biara di Doskany, sebelah utara Praha, Ceko.
Lukisan-lukisan tersebut ditemukan di dalam tanah di area biara. Setelah digali, lukisan-lukisan tersebut disimpan di tempat penyimpanan di biara, sebagaimana yang diberitakan The Telegraph.
Pelukis Sejati
Dr. Agus Priyatno, M.Sn.
Harian Analisa, 24 Sep 2011
Pelukis sejati bekerja atas dasar kecintaannya pada bidang lukisan. Kreativitas dan produktivitas berkarya didorong oleh rasa senang menciptakan lukisan. Ada kepuasan tersendiri dalam diri seorang pelukis sejati ketika berhasil menciptakan sebuah karya seni. Pelukis sejati merasakan kenikmatan dalam berkarya, tidak ada perasaan terbebani ketika melukis.
Harian Analisa, 24 Sep 2011
Pelukis sejati bekerja atas dasar kecintaannya pada bidang lukisan. Kreativitas dan produktivitas berkarya didorong oleh rasa senang menciptakan lukisan. Ada kepuasan tersendiri dalam diri seorang pelukis sejati ketika berhasil menciptakan sebuah karya seni. Pelukis sejati merasakan kenikmatan dalam berkarya, tidak ada perasaan terbebani ketika melukis.
Lukisan Sejarah dan Sejarah Lukisan
Heru Maryono
Harian Analisa, 15 Apr 2012
Artikel ini, sengaja saya tuliskan sebagai tanggapan atas artikel: "Ketika Pelukis Minta Lukisan Pemandangan Alam, Dilarang" yang tulis oleh YS. Rat.
"Lukisan Sejarah" (History Painting) artinya lukisan ’naturalistik’ yang menghadirkan peristiwa sejarah serta kisah-kisah yang terkandung dalam (kitab) ajaran agama maupun mitologi. Sebagai contoh "Samson dan Delilah". Dua pelukis jaman Barok-Rokoko, Peter Paul Rubens dan François Boucher telah melukiskannya. Sebelumnya, pada zaman Renaissance Awal, Andrea Mantegna juga melukiskan.
Harian Analisa, 15 Apr 2012
Artikel ini, sengaja saya tuliskan sebagai tanggapan atas artikel: "Ketika Pelukis Minta Lukisan Pemandangan Alam, Dilarang" yang tulis oleh YS. Rat.
"Lukisan Sejarah" (History Painting) artinya lukisan ’naturalistik’ yang menghadirkan peristiwa sejarah serta kisah-kisah yang terkandung dalam (kitab) ajaran agama maupun mitologi. Sebagai contoh "Samson dan Delilah". Dua pelukis jaman Barok-Rokoko, Peter Paul Rubens dan François Boucher telah melukiskannya. Sebelumnya, pada zaman Renaissance Awal, Andrea Mantegna juga melukiskan.
Ketika Pelukis Minta Lukisan Pemandangan Alam, Dilarang
YS Rat
Harian Analisa, 25 Mar 2012
APA yang salah pada lukisan pemandangan alam, sehingga dia diminta -bahkan datangnya dari kalangan pelukis- dilarang? Masa iya, ada pelukis minta hal demikian? Judul tulisan ini, sangat mungkin menyulut sedikitnya dua pertanyaan itu atau semacamnya.
Harian Analisa, 25 Mar 2012
APA yang salah pada lukisan pemandangan alam, sehingga dia diminta -bahkan datangnya dari kalangan pelukis- dilarang? Masa iya, ada pelukis minta hal demikian? Judul tulisan ini, sangat mungkin menyulut sedikitnya dua pertanyaan itu atau semacamnya.
Sabtu, 29 September 2012
Seni Ambeng Ponorogo (behind scene)
Umbul Dongo Gulo Klopo
Lukisan Andry Deblenk
Pelukis: Andry Deblenk
Tahun: 2011
Judul: Kalimat Tubuh
Ukuran: 120x130 cm
Media: Oil on Canvas
Harga: _
Tahun: 2011
Judul: Kalimat Tubuh
Ukuran: 120x130 cm
Media: Oil on Canvas
Harga: _
Spirit of Body 3
Pelukis: Sugeng Ariyadi
Tahun: 2012
Judul: Spirit of Body 3
Ukuran: _
Media: Acrylic on Canvas
Harga: _
Spirit of Body 2
Pelukis: Sugeng Ariyadi
Tahun: 2012
Judul: Spirit of Body 2
Ukuran: 95 x 150 cm
Media: Acrylic on Canvas
Harga: _
Tahun: 2012
Judul: Spirit of Body 2
Ukuran: 95 x 150 cm
Media: Acrylic on Canvas
Harga: _
Spirit of Body 1
Pelukis: Sugeng Ariyadi
Tahun: 2012
Judul: Spirit of Body 1
Ukuran: _
Media: Acrylic on Canvas
Harga: _
Tahun: 2012
Judul: Spirit of Body 1
Ukuran: _
Media: Acrylic on Canvas
Harga: _
Spirit of Body Sugeng Ariyadi
Sugeng Ariyadi
Spirit of body 1
Pergerakan tubuh menyimbolkan secara nyata tentang hidup. Ada kehidupan ada pergerakan. Aktifitas kehidupan manusia memiliki pola pergerakan yang beraneka ragamnya, mulai dari bangun tidur beraktifitas sampai pada tidur kembali. Manusia hidup tidak akan bisa atau tidak akan pernah mampu bertahan hanya dengan satu pola gerakan saja.
Spirit of body 1
Pergerakan tubuh menyimbolkan secara nyata tentang hidup. Ada kehidupan ada pergerakan. Aktifitas kehidupan manusia memiliki pola pergerakan yang beraneka ragamnya, mulai dari bangun tidur beraktifitas sampai pada tidur kembali. Manusia hidup tidak akan bisa atau tidak akan pernah mampu bertahan hanya dengan satu pola gerakan saja.
BELAJAR MEMBACA DARI TITIK QADARSIH
Sutejo
_Ponorogo Pos
Anda kenal dengan Titik Qadarsih? Titik yang satu ini adalah “titik” cahaya bagi kita yang dapat kita jadikan pemantul kritik kehidupan kita. Bagaimana tidak? Artis yang hanya sering kita lihat sebagai artis di media televisi itu ternyata memiliki tradisi membaca yang luar biasa. Uniknya lagi, ternyata penyanyi ini tidak membatasi diri terhadap apa yang dia baca.
_Ponorogo Pos
Anda kenal dengan Titik Qadarsih? Titik yang satu ini adalah “titik” cahaya bagi kita yang dapat kita jadikan pemantul kritik kehidupan kita. Bagaimana tidak? Artis yang hanya sering kita lihat sebagai artis di media televisi itu ternyata memiliki tradisi membaca yang luar biasa. Uniknya lagi, ternyata penyanyi ini tidak membatasi diri terhadap apa yang dia baca.
Pendidikan; Prospek Pembentuk Karakter Budaya *
Nurel Javissyarqi **
Sastra-indonesia.com
Bismillahirrohmanirrohim, saya awali makalah ini. Sebelumnya maaf pengantarnya panjang, lantaran saya perlu sesuaikan tema yang sudah tertandai. Anggaplah sebab musababnya materi kan tersampaikan atau asbabul wurud, demi dapati pijakan realitas kata-kata nan terwedar. Kebetulan saya tengah hijrah di bumi Reog, memang tak jauh dari tanah kelahiran Lamongan yang kini terpijak, ibu pertiwi jiwa-raga ini. Tetapi bagaimana pun suasana hijrah taklah menyenangkan, ada rindu mungkin sedalam kerinduan para muhajir ke tanah suci, seperti mendamba surga di bawah telapak kaki ibu.
Sastra-indonesia.com
Bismillahirrohmanirrohim, saya awali makalah ini. Sebelumnya maaf pengantarnya panjang, lantaran saya perlu sesuaikan tema yang sudah tertandai. Anggaplah sebab musababnya materi kan tersampaikan atau asbabul wurud, demi dapati pijakan realitas kata-kata nan terwedar. Kebetulan saya tengah hijrah di bumi Reog, memang tak jauh dari tanah kelahiran Lamongan yang kini terpijak, ibu pertiwi jiwa-raga ini. Tetapi bagaimana pun suasana hijrah taklah menyenangkan, ada rindu mungkin sedalam kerinduan para muhajir ke tanah suci, seperti mendamba surga di bawah telapak kaki ibu.
Pesantren dan Pendidikan Moral Bangsa
Imam Nur Suharno, SPd, MPdI
_Harian umum Pelita
ADA beberapa indikator yang digunakan untuk melihat kualitas moral kehidupan suatu bangsa. Menurut Thomas Lickona (1992) terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa.
Pertama, meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Kedua, ketidakjujuran yang membudaya. Ketiga, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin. Keempat, pengaruh per group terhadap tindakan kekerasan. Kelima, meningkatnya kecurigaan dan kebencian.
_Harian umum Pelita
ADA beberapa indikator yang digunakan untuk melihat kualitas moral kehidupan suatu bangsa. Menurut Thomas Lickona (1992) terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa.
Pertama, meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Kedua, ketidakjujuran yang membudaya. Ketiga, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin. Keempat, pengaruh per group terhadap tindakan kekerasan. Kelima, meningkatnya kecurigaan dan kebencian.
Perkembangan Media Tulis Masyarakat Aksara
Agus Sulton
Sastra-indonesia.com
Sejarah masa lampau bisa dilihat dunia masa kini tidak lepas dari bukti peninggalan tradisi yang diwariskannya, baik dalam bentuk manuskrip (naskah), patung, candi, pernik-pernik benda kuno, puing reruntuhan bangunan, dan sebagainya. Itu semua sebagai hasil budaya manusia yang pernah dicipta dalam sejarah turun-temurun nenek moyang kita. Intelektual daya nalar manusia terus mengalami perkembangan seiring penemuan pendahulu yang terus dikembangkan berdasarkan uji coba disertai lingkungan yang mendukung atas proses pembentukannya.
Sastra-indonesia.com
Sejarah masa lampau bisa dilihat dunia masa kini tidak lepas dari bukti peninggalan tradisi yang diwariskannya, baik dalam bentuk manuskrip (naskah), patung, candi, pernik-pernik benda kuno, puing reruntuhan bangunan, dan sebagainya. Itu semua sebagai hasil budaya manusia yang pernah dicipta dalam sejarah turun-temurun nenek moyang kita. Intelektual daya nalar manusia terus mengalami perkembangan seiring penemuan pendahulu yang terus dikembangkan berdasarkan uji coba disertai lingkungan yang mendukung atas proses pembentukannya.
Padamu Negeri
Eko Hendri Saiful *
_Ponorogo Post
Sejarah telah mencatat sebuah paham yang lahir dari keterbelakangan nurani zaman kolonialisme. Paham itulah yang membentuk paradigma masyarakat sebagai solusi atas penjajahan yang mengendap selama tiga ratus lima puluh tahun. Pada akhirnya mereka yang berjasa, setia dan berani, gugur oleh kekuatan paham itu.
_Ponorogo Post
Sejarah telah mencatat sebuah paham yang lahir dari keterbelakangan nurani zaman kolonialisme. Paham itulah yang membentuk paradigma masyarakat sebagai solusi atas penjajahan yang mengendap selama tiga ratus lima puluh tahun. Pada akhirnya mereka yang berjasa, setia dan berani, gugur oleh kekuatan paham itu.
Peran Penting Data dalam Karya Sastra Jawa Kuna dalam Kajian Arkeologi Hindu-Buddha : Candi Pendharmaan (abad ke-13–15M)
Dr. Agus Aris Munandar
http://www.fib.ui.ac.id/
Ketika para arkeolog Belanda mulai melakukan penelitian di wilayah Indonesia di awal abad ke-20, pada waktu itu kajian terhadap sumber tertulis yang berupa karya sastra dan prasasti pun masih dalam tahap awal kegiatannya. Hal yang menarik adalah bahwa perhatian terhadap peninggalan kuna yang bersifat artefaktual agaknya lebih dahulu diberikan oleh para cendekiawan Belanda daripada perhatian mereka terhadap sumber-sumber tertulis.
http://www.fib.ui.ac.id/
Ketika para arkeolog Belanda mulai melakukan penelitian di wilayah Indonesia di awal abad ke-20, pada waktu itu kajian terhadap sumber tertulis yang berupa karya sastra dan prasasti pun masih dalam tahap awal kegiatannya. Hal yang menarik adalah bahwa perhatian terhadap peninggalan kuna yang bersifat artefaktual agaknya lebih dahulu diberikan oleh para cendekiawan Belanda daripada perhatian mereka terhadap sumber-sumber tertulis.
Perang Puisi dan Pesta Ulang Tahun Pelangi Sastra Malang ke 2
Denny Mizhar *
Sastra-indonesia.com
Jejaring sosial tanpa batas memberikan jalan penulis-penulis mampu melompat jauh dari poisisi teretorialnya. Dengan begitu muncul pula komunitas-komunitas yang menamakan dirinya komunitas sastra ataupun individu-individu yang menyatakan dirinya penulis atau sastrawan. Hal tersebut juga mempengaruhi dinamika sastra di Malang sehingga dialektika sastra di Malang kian hari kian dinamis yang sempat mengalami keheningan di riuhnya kesusastraan Jawa Timur, Indonesia ataupun Internasional. Dunia cyber memberi andil besar atas kembali riuhnya sastra di Malang. Dan keheningan itu mulai pecah, pesta kesusastraan digelar dan dirayakan lewat jejaring sosial.
Sastra-indonesia.com
Jejaring sosial tanpa batas memberikan jalan penulis-penulis mampu melompat jauh dari poisisi teretorialnya. Dengan begitu muncul pula komunitas-komunitas yang menamakan dirinya komunitas sastra ataupun individu-individu yang menyatakan dirinya penulis atau sastrawan. Hal tersebut juga mempengaruhi dinamika sastra di Malang sehingga dialektika sastra di Malang kian hari kian dinamis yang sempat mengalami keheningan di riuhnya kesusastraan Jawa Timur, Indonesia ataupun Internasional. Dunia cyber memberi andil besar atas kembali riuhnya sastra di Malang. Dan keheningan itu mulai pecah, pesta kesusastraan digelar dan dirayakan lewat jejaring sosial.
Tradisi Sastra Jawa Timur
Tjahjono Widarmanto
_Majalah Bende No: 87 Jan 2011
Sastra bisa dibayangkan sebagai sebuah organisme yang lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak pertumbuhan hingga (bisa) mencapai kepunahan. Oleh karena itu, mustahil sebuah tradisi sastra tiba-tiba muncul begitu saja sebagai causa prima, namun sastra tumbuh dan dimulai dari sebuah tradisi yang sudah ada dan terbentuk bertahun-tahun lamanya. Teeuw pernah berucap bahwa sastra tidak lahir dari kekosongan. Pendapat tersebut mengacu pada kaitan antara sastra dengan realitas dan fakta kemanusiaan. Namun, pernyataan Teeuw tersebut bisa ditafsirkan dalam konteks lain yaitu dalam konteks pertumbuhan karya sastra. Bisa ditafsirkan bahwa sebuah tradisi penciptaan sastra lahir dari tradisi penciptaan sastra sebelumnya.
_Majalah Bende No: 87 Jan 2011
Sastra bisa dibayangkan sebagai sebuah organisme yang lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak pertumbuhan hingga (bisa) mencapai kepunahan. Oleh karena itu, mustahil sebuah tradisi sastra tiba-tiba muncul begitu saja sebagai causa prima, namun sastra tumbuh dan dimulai dari sebuah tradisi yang sudah ada dan terbentuk bertahun-tahun lamanya. Teeuw pernah berucap bahwa sastra tidak lahir dari kekosongan. Pendapat tersebut mengacu pada kaitan antara sastra dengan realitas dan fakta kemanusiaan. Namun, pernyataan Teeuw tersebut bisa ditafsirkan dalam konteks lain yaitu dalam konteks pertumbuhan karya sastra. Bisa ditafsirkan bahwa sebuah tradisi penciptaan sastra lahir dari tradisi penciptaan sastra sebelumnya.
Jumat, 28 September 2012
Lukisan Andry Deblenk
Pelukis: Andry Deblenk
Tahun: 2012
Judul: Reyog Legend 2
Ukuran: 120 x 90 cm
Media: Mix Media on Canvas
Harga: Rp. 5.000.000,-
No Kontak: 085 259 741 751
Tahun: 2012
Judul: Reyog Legend 2
Ukuran: 120 x 90 cm
Media: Mix Media on Canvas
Harga: Rp. 5.000.000,-
No Kontak: 085 259 741 751
Lukisan Andry Deblenk
Pelukis: Andry Deblenk
Tahun: 2012
Judul: Reyog Legend1
Ukuran: 120 x 90 cm
Media: Mix Media on Canvas
Harga: Rp. 5.000.000,-
No Kontak: 085 259 741 751
Tahun: 2012
Judul: Reyog Legend1
Ukuran: 120 x 90 cm
Media: Mix Media on Canvas
Harga: Rp. 5.000.000,-
No Kontak: 085 259 741 751
Kamis, 27 September 2012
Reog Ponorogo Mencuri Perhatian di Jerman
Jodhi Yudono
Kompas, 16 Feb 2010
Penampilan Reog Ponorogo berhasil menarik perhatian penonton yang memenuhi sepanjang jalan di udara musim dingin dalam acara Braunschweiger Karneval di Kota Braunschweigh, Jerman, Minggu.
Indonesia berhasil meraih juara pertama dalam Braunschweiger Karneval di Kota Braunschweigh, ujar Konsul Pensosbud KJRI Hamburg Yayat Sugiatna kepada koresponden ANTARA London, Senin.
Kompas, 16 Feb 2010
Penampilan Reog Ponorogo berhasil menarik perhatian penonton yang memenuhi sepanjang jalan di udara musim dingin dalam acara Braunschweiger Karneval di Kota Braunschweigh, Jerman, Minggu.
Indonesia berhasil meraih juara pertama dalam Braunschweiger Karneval di Kota Braunschweigh, ujar Konsul Pensosbud KJRI Hamburg Yayat Sugiatna kepada koresponden ANTARA London, Senin.
MANUSIA KELELAWAR RESEP KEPENULISAN YATI SETIAWAN
Sutejo
_Ponorogo Pos
Masih ada yang tersisa di balik pelepasan Budi Darma sebagai guru besar Unesa tanggal 8 Desember 2007 lalu. Di balik cerita para penulis macam Lang Fang, Yati Setiawan, Mashuri, Audex, Kurnia Fabiola, dan Budi Darma sendiri. Yati Setiawan, seorang ibu rumah tangga yang berkarya banyak bercerita tentang pengalaman kepenulisannya. Sebuah perjalanan yang menarik untuk dipelajari. Yati Setiawan sendiri adalah isteri dosen Unesa yang juga menulis: Wawan Setiawan.
_Ponorogo Pos
Masih ada yang tersisa di balik pelepasan Budi Darma sebagai guru besar Unesa tanggal 8 Desember 2007 lalu. Di balik cerita para penulis macam Lang Fang, Yati Setiawan, Mashuri, Audex, Kurnia Fabiola, dan Budi Darma sendiri. Yati Setiawan, seorang ibu rumah tangga yang berkarya banyak bercerita tentang pengalaman kepenulisannya. Sebuah perjalanan yang menarik untuk dipelajari. Yati Setiawan sendiri adalah isteri dosen Unesa yang juga menulis: Wawan Setiawan.
Dari Kendi Hingga Reog Ponorogo
Ninuk Mardiana Pambudy
Kompas, 27 Okt 2008
Indonesia ternyata merupakan gudang inspirasi luar biasa, meskipun bagaimana mewujudkannya merupakan proses yang harus dikerjakan hati-hati supaya tidak terpeleset menjadi klise.
Dalam Bazaar Fashion Concerto 2008 bertema Tanah Air yang disponsori BRI Platinum di Balai Sidang Jakarta, Kamis (23/10), kekayaan Indonesia itu diwujudkan dengan cara yang beragam.
Kompas, 27 Okt 2008
Indonesia ternyata merupakan gudang inspirasi luar biasa, meskipun bagaimana mewujudkannya merupakan proses yang harus dikerjakan hati-hati supaya tidak terpeleset menjadi klise.
Dalam Bazaar Fashion Concerto 2008 bertema Tanah Air yang disponsori BRI Platinum di Balai Sidang Jakarta, Kamis (23/10), kekayaan Indonesia itu diwujudkan dengan cara yang beragam.
Ketika Seputar Ponorogo Menulis Puisi
Eko Hendri Saiful *
Tabloid Seputar Ponorogo, edisi II 10-16 Jan 2012
Sejauh mana sosok yang bernama media mampu mengada dalam sejarah? Jawabannya mungkin tergantung seberapa ia mampu menulis sebuah puisi humanis. Puisi tidak hanya kumpulan kata yang dirangkai dengan nalar estetika, melainkan wujud konkret dari kesadaran manusia akan pentingnya berefleksi dan berempati. Memahami ungkapan Martin Heidger (1947) ,puisi merupakan sarana terbaik bagi manusia untuk mengada karena memiliki karakter yang paling mampu menghadirkan makna dunia serta meneguhkan kesadaran.
Tabloid Seputar Ponorogo, edisi II 10-16 Jan 2012
Sejauh mana sosok yang bernama media mampu mengada dalam sejarah? Jawabannya mungkin tergantung seberapa ia mampu menulis sebuah puisi humanis. Puisi tidak hanya kumpulan kata yang dirangkai dengan nalar estetika, melainkan wujud konkret dari kesadaran manusia akan pentingnya berefleksi dan berempati. Memahami ungkapan Martin Heidger (1947) ,puisi merupakan sarana terbaik bagi manusia untuk mengada karena memiliki karakter yang paling mampu menghadirkan makna dunia serta meneguhkan kesadaran.
Melacak Tilas Santri Majapahit
Fahrudin Nasrulloh
Suara Merdeka, 5 Agu 2007
Pada 27 April 2006 saya bertemu dengan seorang penelusur silsilah Kiai Hasan Besari, Tegalsari, Ponorogo; Pak Haris Daryono namanya (ia sendiri berdomisili di Tulungagung). Perjumpaan itu terjadi di rumah seorang sahabat di komplek perumahan Minomartani di Sleman, Yogyakarta. Sungguh pertemuan yang tak disangka-sangka. Sebab saya sendiri sedang mencari informasi tentang pesantren tertua di Jawa. Memang, menurut Martin van Bruinessen, Pesantren Tegalsarilah yang merupakan pesantren pertama di Jawa pada abad 18. Sebab pada abad 17, bahkan 16, tidak ditemukan data otentik yang menunjukkan adanya pondok pesantren. Sekali lagi kabar ini menurut Tuan Martin.
Suara Merdeka, 5 Agu 2007
Pada 27 April 2006 saya bertemu dengan seorang penelusur silsilah Kiai Hasan Besari, Tegalsari, Ponorogo; Pak Haris Daryono namanya (ia sendiri berdomisili di Tulungagung). Perjumpaan itu terjadi di rumah seorang sahabat di komplek perumahan Minomartani di Sleman, Yogyakarta. Sungguh pertemuan yang tak disangka-sangka. Sebab saya sendiri sedang mencari informasi tentang pesantren tertua di Jawa. Memang, menurut Martin van Bruinessen, Pesantren Tegalsarilah yang merupakan pesantren pertama di Jawa pada abad 18. Sebab pada abad 17, bahkan 16, tidak ditemukan data otentik yang menunjukkan adanya pondok pesantren. Sekali lagi kabar ini menurut Tuan Martin.
R. Ng. Ronggowarsito
Mujtahidin Billah
http://id-id.facebook.com/people/Mujtahidin-Billah/1405907116
Kolotindo
Salah satu cuplikan karya sastra tembang “Sinom” dalam “Serat Kalatido” bab.8, seperti di bawah ini :
Amenangi jaman edan ewuh aya ing pambudi
melu edan ora tahan
yen tan melu anglakoni boya kaduman melik
kaliren wekasanipun
Dillalah karsaning Allah
Sakbeja-bejane wong kang lali
luwih beja kang eling lan waspada..
http://id-id.facebook.com/people/Mujtahidin-Billah/1405907116
Kolotindo
Salah satu cuplikan karya sastra tembang “Sinom” dalam “Serat Kalatido” bab.8, seperti di bawah ini :
Amenangi jaman edan ewuh aya ing pambudi
melu edan ora tahan
yen tan melu anglakoni boya kaduman melik
kaliren wekasanipun
Dillalah karsaning Allah
Sakbeja-bejane wong kang lali
luwih beja kang eling lan waspada..
Sang Waskito R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Nurel Javissyarqi
http://sastra-indonesia.com/
R. Ng. Ronggowarsito (15 Mar 1802 – 24 Des 1873), Bagus Burham nama kecilnya. Sang pemilik jiwa waskito;
nasibnya menyerupai batuan kali dijadikan jalan, bebatuan krucuk yang dipukuli, sebelum dibangun tempat berteduh.
http://sastra-indonesia.com/
R. Ng. Ronggowarsito (15 Mar 1802 – 24 Des 1873), Bagus Burham nama kecilnya. Sang pemilik jiwa waskito;
nasibnya menyerupai batuan kali dijadikan jalan, bebatuan krucuk yang dipukuli, sebelum dibangun tempat berteduh.
TAMSIL ETOS MENULIS NANING PRANOTO
Sutejo
Ponorogo Pos
Seorang aktivis kepenulisan yang begitu populer, Naning Pranoto dalam bukunya, From Diary to be Story (Penebarplus, 2006), ada mutiara yang menarik untuk dikuak: etos (kerja keras). Bukankah kerja keras dalam bidang apa pun adalah kunci utamanya? Jika kita ingin sukses menulis, maka etos kerja ini menjadi samurai penting dalam memasuki dunia persilatan kepenulisan.
Ponorogo Pos
Seorang aktivis kepenulisan yang begitu populer, Naning Pranoto dalam bukunya, From Diary to be Story (Penebarplus, 2006), ada mutiara yang menarik untuk dikuak: etos (kerja keras). Bukankah kerja keras dalam bidang apa pun adalah kunci utamanya? Jika kita ingin sukses menulis, maka etos kerja ini menjadi samurai penting dalam memasuki dunia persilatan kepenulisan.
Hak Kekayaan Intelektual: Terima Kasih Reog Ponorogo…
Gesit Ariyanto
Kompas, 14 Des 2007
EKSPRESI kemarahan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya reda pascapromosi wisata Malaysia yang menghebohkan karena mengklaim lagu Rasa Sayange dan reog Ponorogo sebagai khazanah budayanya. Entah apa ekspresi berikutnya bila produk budaya tradisional angklung dan batik benar-benar mereka “eksploitir”. Hah…!? Sabar dulu.
Kompas, 14 Des 2007
EKSPRESI kemarahan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya reda pascapromosi wisata Malaysia yang menghebohkan karena mengklaim lagu Rasa Sayange dan reog Ponorogo sebagai khazanah budayanya. Entah apa ekspresi berikutnya bila produk budaya tradisional angklung dan batik benar-benar mereka “eksploitir”. Hah…!? Sabar dulu.
Barongsai, Barong, Reog, Dst
Viddy AD Daery *
Seputar Indonesia, 9 Des 2007
PROTES sekelompok masyarakat Indonesia yang reaktif terhadap dugaan ”Reog dipulung Malaysia” berakhir antiklimaks dan memalukan karena Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta yang mewakili pemerintah negeri jiran itu menjawab bahwa tidak benar Malaysia mengambil alih Reog Ponorogo menjadi milik asli mereka.
Seputar Indonesia, 9 Des 2007
PROTES sekelompok masyarakat Indonesia yang reaktif terhadap dugaan ”Reog dipulung Malaysia” berakhir antiklimaks dan memalukan karena Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta yang mewakili pemerintah negeri jiran itu menjawab bahwa tidak benar Malaysia mengambil alih Reog Ponorogo menjadi milik asli mereka.
Potret Ponorogo dalam Tembang Tolak Bala
A. Zakky Zulhazmi
Ponorogo Pos, 24 Juli 2011
Pada awal Mei 2011 Han Gagas meluncurkan sebuah novel bertajuk Tembang Tolak Bala (LKiS, Jogja). Sebuah novel yang menceritakan secara lugas dan cerdas tentang Ponorogo. Kehadiran novel ini merupakan sebuah angin sejuk di tengah musim kamarau. Mengatakan perkembangan novel Indonesia akhir-akhir ini sebagai sebuah musim kemarau rasanya tidak berlebihan. Pasalnya sudah beberapa tahun ini kita senantiasa disuguhi novel dengan tema-tema yang itu-itu saja. Bahkan Han Gagas menulis di awal Pengantar Penulis, sebagai berikut: saya menulis pengantar ini ketika dunia kita sedang mengalami yang namanya mabuk novel ‘Ingin Maju Harus ke Luar Negeri”.
Ponorogo Pos, 24 Juli 2011
Pada awal Mei 2011 Han Gagas meluncurkan sebuah novel bertajuk Tembang Tolak Bala (LKiS, Jogja). Sebuah novel yang menceritakan secara lugas dan cerdas tentang Ponorogo. Kehadiran novel ini merupakan sebuah angin sejuk di tengah musim kamarau. Mengatakan perkembangan novel Indonesia akhir-akhir ini sebagai sebuah musim kemarau rasanya tidak berlebihan. Pasalnya sudah beberapa tahun ini kita senantiasa disuguhi novel dengan tema-tema yang itu-itu saja. Bahkan Han Gagas menulis di awal Pengantar Penulis, sebagai berikut: saya menulis pengantar ini ketika dunia kita sedang mengalami yang namanya mabuk novel ‘Ingin Maju Harus ke Luar Negeri”.
Membaca Novel TEMBANG TOLAK BALA(k)
Judul Novel Budaya: Tembang Tolak Bala
Penulis: Hans Gagas)
Peresensi: Arim Kamandaka *)
http://ponorogozone.com/
Sebuah novel kesejarahan, novel ini yang menceritakan secara lugas dan cerdas tentang Ponorogo. Meski jika orang-orang tua membaca novel ini lantas bertanya-tanya. Karena beberapa unggahan sejarah tidaklah benar dan tidak seperti apa yang didengar.
Penulis: Hans Gagas)
Peresensi: Arim Kamandaka *)
http://ponorogozone.com/
Sebuah novel kesejarahan, novel ini yang menceritakan secara lugas dan cerdas tentang Ponorogo. Meski jika orang-orang tua membaca novel ini lantas bertanya-tanya. Karena beberapa unggahan sejarah tidaklah benar dan tidak seperti apa yang didengar.
Membaca Tembang Tolak Bala (Beberapa Catatan Sekilas)
Raudal Tanjung Banua
http://sastra-indonesia.com/
Membaca novel Hans Gagas, Tembang Tolak Bala (LKiS Yogyakarta, Mei 2011) kita mendapatkan gambaran yang kaya tentang reog Ponorogo, tidak sekedar penampilannya yang atraktif dan indah, melainkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan di “belakang panggung”—dan ini jauh lebih menantang.
http://sastra-indonesia.com/
Membaca novel Hans Gagas, Tembang Tolak Bala (LKiS Yogyakarta, Mei 2011) kita mendapatkan gambaran yang kaya tentang reog Ponorogo, tidak sekedar penampilannya yang atraktif dan indah, melainkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan di “belakang panggung”—dan ini jauh lebih menantang.
RONGOWARSITO: Dari Santri Bengal Jadi Pujangga Agung
Mulyadi SA
majalah Misteri, edisi 20 Sep-04 Nov 2008
Nama Raden Ngabehi Ronggowarsito memang sudah tidak asing lagi. Dia adalah seorang pujangga keraton Solo yang hidup pada 1802-1873. Tepatnya lahir hari Senin Legi 15 Maret 1802, dan wafat 15 Desember 1873, pada hari Rabu Pon. Pujangga yang dibesarkan di lingkungan kraton Surakarta ini namanya terkenal karena dialah yang menggubah Jangka Jayabaya yang tersohor hingga ke mancanegara itu. Hingga sekarang kitab ramalan ini masih menimbulkan kontroversi.
majalah Misteri, edisi 20 Sep-04 Nov 2008
Nama Raden Ngabehi Ronggowarsito memang sudah tidak asing lagi. Dia adalah seorang pujangga keraton Solo yang hidup pada 1802-1873. Tepatnya lahir hari Senin Legi 15 Maret 1802, dan wafat 15 Desember 1873, pada hari Rabu Pon. Pujangga yang dibesarkan di lingkungan kraton Surakarta ini namanya terkenal karena dialah yang menggubah Jangka Jayabaya yang tersohor hingga ke mancanegara itu. Hingga sekarang kitab ramalan ini masih menimbulkan kontroversi.
Pesan Chairil untuk Lelaki Patah Hati
Eko Hendri Saiful *
http://sastra-indonesia.com/
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(Senja Di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
http://sastra-indonesia.com/
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(Senja Di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
PONOROGO SEBAGAI REPRESENTASI SENI DAN BUDAYA
Andry Deblenk
_Ponorogo Pos
Apabila berbicara tentang Ponorogo, kita tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai budaya. Seperti kita ketahui bersama, ada dua hal yang dapat kita tengarai. Pertama, adalah substansi dari kesenian reyog itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya kesenian adiluhung ini made in asli dari daerah Ponorogo. yang sejak dulu menjadi ikon bagi masyarakat Ponorogo. Kedudukan reyog sangat vital, nyaris tak tergantikan.
_Ponorogo Pos
Apabila berbicara tentang Ponorogo, kita tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai budaya. Seperti kita ketahui bersama, ada dua hal yang dapat kita tengarai. Pertama, adalah substansi dari kesenian reyog itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya kesenian adiluhung ini made in asli dari daerah Ponorogo. yang sejak dulu menjadi ikon bagi masyarakat Ponorogo. Kedudukan reyog sangat vital, nyaris tak tergantikan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar